Speak Up Banua

Penulis Bela Islam dari Akademi Menulis Kreatif Regional Kalimantan Selatan

"Buatlah karya yang menggoncang dan bersabarlah dengan proses panjangnya."

(Founder AMK - Apu Indragiry)

Save Meratus With Islam


Peringatan hari bumi di tahun ini Nampak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebut saja di Kalimantan Selatan melakukan aksi damai menyuarakan isu lokal. Seperti halnya yang dilakukan oleh puluhan organisasi pecinta alam di Kota Banjarbaru (Sabtu, 20/4). Mereka melakukan aksi penolakan izin baru pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit di Pegunungan Meratus. Massanya berjumlah 50-an orang dan melakukan long march dari tugu Simpang Empat Banjarbaru menuju Taman Van Der Pijl dengan membentangkan spanduk merah bertuliskan: #SaveMeratus. 
Korlap Aksi Hari Bumi, Muhammad Tamsi mengatakan agenda aksi kali ini jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya lantaran unjuk rasa mengusung isu bertema lokalitas seperti penolakan izin pertambangan batu bara dan kelapa sawit. Menurut dia, aksi ini sebagai suara protes terhadap maraknya izin pertambangan dan perkebunan kelapa sawit di Pegunungan Meratus (m.kumparan.com, 20/4).
Hal yang sama juga dilakukan oleh para aktivis LSISK yang kebanyakan berasal dari UIN Antasari Banjarmasin, mengajak masyarakat Kalsel untuk melek terhadap dampak buruk pertambangan dan perkebunan sawit, karenanya sisi mudharat jauh lebih besar dibandingkan manfaatnya. Mereka juga membentang spanduk berwarna dan bertuliskan #SaveMeratus, sebagai bukti konsisten dalam gerakan koalisi masyarakat sipil di Kalsel yang menolak keras aktivitas pertambangan di Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai tengah (HST).
Ketua umum LSISK, Abdul Hakim mengungkapkan saat ini lembaga peradilan tak berpihak kepada lingkungan dan kepentingan masyarakat. Terbukti dengan rontoknya dua kali gugatan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) baik ditingkat pertama di PTUN Jakarta hingga tingkat banding di Pengadilan Tinggi TUN Jakarta (Kamis, 14/3/2019).
Abdul Hakim juga menyebutkan bukan hanya ancaman PT MCM (Mantimin Coal Mining), Pegunungan Meratus juga akan dibebani dengan aktivitas perluasan tambang PT Antang Gunung Meratus (AGM) dalam wilayah konsesi PKP2B, dari 10 juta ton per tahun naik menjadi 25 ton per tahun. “Atas dasar itulah kami menolak Pegunungan Meratus dieksploitasi batubaranya. Sebab, berbagai kajian sudah membuktikan dampak yang dirasakan bagi lingkungan adalah dirasakan warga Kalsel, khususnya warga HST” (jejakrekam.com, 22/3).
Melihat realitas di depan mata, sungguh membuat kita miris sekaligus kesal. Mengapa demikian? Telah tampak jelas bahwa dengan kekuasaan akhitnya semua berbicara. Mereka telah menggunakannya untuk melegalkan segala sesuatu yang dianggap akan bermanfaat bagi negeri ini. Padahal, pada kenyataan yang ada amat snagat jauh.
Ketika kita bercermin, melihat sisi dan kondisi-kondisi yang ada di negeri ini. Sejatinya manusia itu serakah dalam segala hal, mengambil kekayaan sumber daya alam yang ada. Sehingga yang terjadi adalah kerusakan dan bencana silih berganti berdatangan. Mulai dari banjir, tanah longsong, gunung meletus ataupun yang lainnya. Sungguh amat nyata teguran itu, namun yang terjadi adalah tampak bersikap masa bodoh dengan segala teguran tersebut.
Semua itu tidak lain adalah akibat dari diterapkannya sistem kapitalis-sekulerisme. Dalam sistem ini yang menjadi standar sebuah aktivitas adalah manfaat serta kebebasan, bukan halal-haram. Wajarlah jika seluruh aktivitasnya akan melanggar aturan dalam Islam karena mereka punya prinsip yang bertentangan dengan Islam.
Pada kenyataannya kapitalis tersebut identik pula dengan temannya, yaitu liberalisme. Jika kita telusuri maka ternyata hampir di seluruh sektor dikuasinya. Tak menafikkan pula pada sektor ekonomi ini, ternyata tidak ada pembagian dalam hal kepemilikan. Mereka menganggap bahwa ketika mempunyai uang maka sah-sah saja untuk menguasai serta mengeruk SDA yang ada pada suatu negeri. Wajarlah ketika orang yang mempunyai kekuasaan alias pejabat dengan mudahnya menyerahkan SDA tersebut pada pengusaha berdompet tebal, baik ke asing ataupun lokal. Oleh karena itulah, negeri yang kaya akan sumber daya alam yang luar biasa, namun ternyata rakyatnya banyak sekali yang berada di bawah garis layak alias miskin. Semua itu tersebab SDA nya dijual kepada para pengusaha berdompet tebal tersebut.
Sebagai seorang Muslim maka sudah sewajarnya jika kita menggunakan Islam sebagai pedoman hidup. Artinya, menggunakan Islam dalam segala aspek kehidupan, tanpa ada pengecualian. Islam mengatur segala aspek kehidupan, bukan hanya sisi ibadah dan akhlak saja, namun seluruhnya. Termasuk di dalamnya sistem ekonomi, Islam telah jelas mengaturnya.
Dalam Islam, pengaturan masalah ekonomi ini dibagi menjadi tiga pilar, yaitu kepemilikan, pengelolaan kepemilikan dan distribusi kekayaan di tengah masyarakat. Masalah kepemilikan ini terbagi menjadi 3 pula, kepemilikan individu, umum dan negara.
“Kaum Muslimin memiliki kepentingan bersama dalam tiga perkara, yaitu: padang rumput, air dan api” (HR Abu Daud)
Berdasarkan hadist di atas, kaum Muslim berserikat dalam tiga hal yaitu padang rumput air dan api. Maka yang termasuk dalam ketiga hal tadi haram hukumnya bagi individu atau kelompok untuk menguasainya secara sepihak. Kemudian termasuk dengan barang tambang yang jumlahnya tak terbatas, kepemilikannya termasuk pada umum dan haram dikelola oleh individu atau kelompok. Seperti gambaran kasus di atas bahwa ada keinginan dari sekelompok orang yang tergabung dalam sebuah perusahaan untuk mengambil SDA yang ada di sekitar pegunungan Meratus tersebut. Islam memandang hal tersebut haram dilakukan, jika ingin memanfaatkan SDA tadi semisal batu bara, maka negara yang wajib mengelola dengan baik. Kemudian hasilnya akan dikembalikan lagi kepada rakyatnya. Dengan begitu maka insyaAllah kesejahteraan akan didapatkan oleh rakyat, tidak seperti sekarang ini. para pengusaha yang akhirnya merasakan dan memanfaatkan SDA tersebut.
Tentunya hanya dengan sistem Islam yang mampu menjaga serta mensejahterakan rakyatnya. Bukan hanya soal menjaga kelestarian alam, namun lebih dari itu. Semua itu kita lakukan hanya untuk melaksanakan perintah dari Allah SWT dan menggapai rindho dari-Nya. Agar keberkahan itu datang pada manusia.
Rindukah kita akan mas-masa itu? Yang telah Berjaya selama 13 abad lamanya. Rakyat sejahtera dan alam selamat. Tentunya, ketika hal tersebut ingin terwujud maka harus mencampakkan sistem yang ada, kemudian menggantinya dengan Islam. Sistem Islam ini akan bisa diterapkan mana kala institusi serta pemimpinnya mau menerapkan Islam. Institusi yang dimaksud adalah Khilafah dan pemimpinnya disebut Kholifah. Dengan begitu maka kekisruhan pengelolaan SDA akan segera tertangani. Selamatkan Meratus dari tangan-tangan yang tak bertanggung jawab. Dan hanya dengan Islam-lah semua akan dapat terwujud. Semoga akan segera terlaksana. Mari berjuang agar masa itu dapat kita rasakan kembali. Wallahu a’lam. [ ]
Mulyaningsih, S.Pt
Pemerhati masalah anak, remaja dan keluarga
Penulis Buku Risalah Banua
Labels: opini

Thanks for reading Save Meratus With Islam. Please share...!

0 Komentar untuk "Save Meratus With Islam"

Back To Top