Speak Up Banua

Penulis Bela Islam dari Akademi Menulis Kreatif Regional Kalimantan Selatan

"Buatlah karya yang menggoncang dan bersabarlah dengan proses panjangnya."

(Founder AMK - Apu Indragiry)

Rona Ramadan kan Menghilang, Asa Kemenangan kan Menjelang


Oleh: Tia Damayanti, M. Pd
Praktisi Pendidikan

Ramadan 1441 H sebentar lagi akan pergi, tamu agung itu akan meninggalkan dua sifat berbeda dari seorang muslim. Pertama, muslim yang bergembira dengan hadirnya Ramadhan sehingga mengisi hari-harinya dengan taqarrub ilallah (mendekatkan diri pada Allah). Ia sadar bahwa pada bulan ini Allah melipatgandakan pahala amalan sholeh yang wajib dan Allah mengganjar amalan sunnah sama dengan pahala amalan wajib. Kedua, muslim yang biasa saja menyambut tamu agung ini. Bulan Ramadhan tak ubahnya seperti bulan-bulan yang lain baginya, sehingga ia melewatinya dengan sia-sia. Yang didapat hanya lapar dan haus karena menjalankan ibadah puasa. Tidak lebih dari itu.

Sejatinya Ramadan disambut dengan penuh suka cita. Namun rona Ramadan kali ini umat Islam menjalankannya dalam kondisi berduka. Tamu tak diundang (Covid-19) datang sejak kurang lebih 2 bulan lalu ke Negara kita, Indonesia. Menginveksi banyak orang bahkan korban yang meninggal pun kini sudah mencapai ribuan. Jika tahun-tahun sebelumnya umat Islam memakmurkan masjid saat Ramadan dengan tadarus, tarawih dan itikaf, pesantren kilat, serta rona kegiatan lainnya; maka pada tahun ini ibadah tersebut menjadi tidak bisa dilakukan. Kali ini ujian kita bukan sekadar lapar dan dahaga, tetapi juga dengan adanya wabah pandemik Corona ini mengharuskan kita mengikuti protokol kesehatan. Semua dilakukan di rumah, sebagai bentuk ikhtiar memutus rantai penyebaran virus. Rona Ramadan kali ini menjadi Ramadan yang istimewa.

Wabah ini telah mengubah kebiasaan umat Islam dalam mengisi bulan Ramadan. Masjid mendadak sepi. Namun di tengah duka, tentunya tidak menyurutkan semangat umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan makin mendekatkan diri pada Allah Swt. Menyadari bahwa dirinya lemah, hanya karena virus saja membuat tak berdaya. Karenanya masa pandemik ini pun menjadi ajang untuk memperkuat keimanan, bermuhasabah dan semakin memperbanyak ibadah. Terlebih di hari-hari terakhir Ramadan, momen dimana terdapat satu malam yang teristimewa yaitu malam Lailatul Qadar.

Umat Islam berlomba-lomba ‘berburu' malam yang lebih baik dari seribu bulan, karena mencontoh pada sosok teladan Rasulullah Saw. Hal ini tertuang dalam hadits riwayat Al-Bukhari yang artinya :
“Nabi Muhammad Saw ketika memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan memilih fokus beribadah dan membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah.”
Keutamaan Lailatul Qadar dinyatakan oleh Rasulullah saw:
“Siapa saja yang menghidupkan Lailatul Wadardengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Karenanya Rasulullah saw. mendorong setiap Muslim untuk bersungguh-sungguh meraih keutamaan tersebut. Meskipun kita tidak mengetahui secara pasti kapan Lailatul Qadar turun, namun amalan untuk menyambutnya bisa terus dilakukan sepanjang Ramadan, khususnya di sepuluh malam terakhir.

Umat Islam di Eropa pun tak ketinggalan dalam menyambut Ramadan, mereka  familiar dengan ungkapan: In Ramadhan, sleep less pray more. Dalam bulan Ramadan, tepiskan tidur dan perbanyaklah doa. Terlihat bahwa dimanapun muslim berada, Ramadan mempunyai pesona yang begitu memikat. Hingga kita senantiasa berdoa, agar dipertemukan kembali dengan bulan penuh ampunan dan penuh rahmat serta memperoleh derajat takwa.
“Takwa adalah mengerjakan ketaatan kepada Allah Swt berdasarkan cahaya-Nya dengan mengharap pahala-Nya dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah Swt berdasarkan cahaya-Nya karena takut kepada azab-Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir, I/2440)

Jika derajat takwa adalah buah dari puasa dan amalan saleh di bulan Ramadan, idealnya, usai Ramadan, seluruh amalan saleh itu tidak pudar. Bahkan kian membekas. Keluarga muslim senantiasa akan berupaya untuk menjalankan ketaatan pada-Nya dan meninggalkan kemaksiatan pada-Nya. Sosok ibu sebagai madrasah utama anak-anaknya, semestinya mempunyai gambaran bagaimana membuat Ramadan tidak berlalu begitu saja. Diawali dengan bagaimana mempersiapkan keluarga terutama buah hati dalam menyambut Ramadan. Menghadirkan suasana Ramadhan penuh suka cita, keindahan, keikhlasan, keberkahan dan tentunya pun disertai dengan upaya untuk meraih kemuliannya.

Kemudian, mendekatkan anak-anak dengan Al Qur’an, karena bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur’an. One Day One Juz (satu hari satu juz) diterapkan bersama, orang tua dan anak-anak, dengan penuh semangat dan suka cita sehingga di akhir Ramadan, masing-masing dapat mengkhatamkan Al Qur’an. Anak pun dimotivasi untuk pembiasaan ini berlanjut di luar Ramadan. Dan yang lebih penting lagi adalah memahami Al Qur’an serta mengamalkannya sehingga keluarga bisa menjadi teladan Al Qur’an yang berjalan. Masya Allah..

Rona Ramadan kali ini begitu istimewa buat keluarga, orang tua bersama anak-anak, di masa pandemic ini full di rumah. Karenanya rona Ramadan pun menjadi kesempatan emas untuk orang tua menanamkan pada anak agar senantiasa berbuat baik (berbakti) pada orang tua (birrul walidayn). Membantu meringankan pekerjaan orang tua sehari-hari, seperti merapihkan dan membereskan rumah, membantu memasak dan mempersiapkan takjil, berbicara dengan ahsan kepada orang tua, mendengar dan mematuhi nasehatnya, dan pembiasaan lainnya untuk membentuk mereka menjadi penyejuk mata dan jiwa kedua orangtuanya  (qurrata a’yun). Juga menjadi bekal mereka kelak dalam berkeluarga.

Pembiasaan amalan saleh yang lain seperti shalat berjamaah, meninggalkan hal yang sia-sia, memperbanyak bersedekah, dan lain-lain. Di tengah wabah shalat tarawih pun dilakukan di rumah, ayah yang menjadi imam. Peran ayah dalam membimbing keluarga semakin terlihat saat ini. Kemudian berupaya meninggalkan hal sia-sia seperti menonton tv yang melalaikan, tidur sepanjang hari (dari sahur hingga berbuka), main game terlalu lama dan lain sebagainya. Sedangkan bersedekah adalah memunculkan sifat menyayangi sesama Muslim. Apalagi saat ini banyak keluarga yang terdampak Covid-19. Dengan bersedekah kita bisa meringankan sedikit beban dari mereka yang kekurangan.

Rona Ramadan kali ini pun terasa istimewa, dengan kondisi sekolah tutup, sehingga belajar mengajar pun dilakukan di rumah via daring atau internet. Karenanya nilai plus pun tertoreh di Ramadan kali ini. Yang pada awalnya mungkin suatu keterpaksaan, mau tidak mau, kemampuan ilmu dan teknologi anak menjadi tuntutan untuk menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. Orang tua pun menyesuaikannya agar satu frekuensi dengan anak. Dalam hal ini, orang tua harus siap menggantikan sosok guru di sekolah,  mendampingi dan membimbing belajar anak-anak, memiliki sifat sabar dan penyayang dalam mendidik. Karena mereka (baca: anak-anak) adalah calon pemimpin masa depan. Sudah semestinya orang tua, terutama ibu mempersiapkan mereka agar menjadi generasi tangguh.

Semoga semua amalan di atas dilakukan oleh orang tua dengan ikhlas dan semata-mata mengharapkan ridha dari Allah Swt. Bersungguh-sungguh di penghujung Ramadan dengan tidak membiarkan Ramadan pergi dengan sia-sia. Tanamkan dalam jiwa, rona Ramadhan bersama keluarga kali ini akan lebih bermakna dan semoga derajat takwa akan bersama-sama kita raih melalui washilah semua amalan bersama keluarga di tengah pandemik Corona ini. Takwa yang diharapkan tentu takwa yang sebenarnya, sebagaimana yang juga Allah Swt tuntut atas diri setiap kita.
‘Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenarnya, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan Muslim.” (TQS. Ali Imran (3): 102)

Idul Fitri telah di depan mata, Hari Kemenangan kan menjelang. Kemenangan yang didamba tidak semata kemenangan dalam mengendalikan hawa nafsu setelah sebulan penuh berpuasa, tetapi juga kemenangan hakiki saat ketakwaan bisa kita raih. Semoga … 

“Wahai hamba Allah, sungguh bulan Ramadan ini akan segera pergi dan tidaklah tersisa waktunya kecuali sedikit. Karena itu, siapa saja yang telah beramal baik di dalamnya hendaklah ia menyempurnakannya dan siapa saja yang telah menyia-nyiakannya hendaklah ia mengahirinya dengan yang terbaik.” (Imam Ibnu Rajab)
Wallahu a'lam
Labels: Catatan Ramadan

Thanks for reading Rona Ramadan kan Menghilang, Asa Kemenangan kan Menjelang. Please share...!

0 Komentar untuk "Rona Ramadan kan Menghilang, Asa Kemenangan kan Menjelang"

Back To Top